Realita Kehidupan Setelah Lulus Kuliah : Menjadi Freelancer atau Kerja Kantoran? Malah ikut Prakerja


Senang rasanya saat hari wisuda telah tiba, satu per satu nama mahasiswa dipanggil keatas podium untuk menerima 2 lembar kertas dari hasil perjuangan ber-kuli-ah selama beberapa tahun. Setelah menerima ijazah, rasa bangga, senang, dan cemas campur aduk disatu momen. Di sela kesenangan itu, tersirat sebuah pemikiran “Wah besok aku mau ngapain ya? Urusan kampus udah selesai”.

Butuh waktu untuk menyesuaikan pemikiran dan fisik ini yang selama 16 tahun yang terbiasa dengan proses pembelajaran di institusi pendidikan. Kita dilatih untuk mengikuti kehidupan yang sudah teratur, bangun pagi pulang sore dan begitu seterusnya. Setiap hari kita sudah tahu apa jadwal hari esok, seakan kita hanya hidup mengikuti pola tersebut.

Aku sendiri sangat ogah jika ditanya apakah kamu bakal lanjutin ke S2? Aku selalu menjawab enggak dulu ah, udah bosan dengan belajar terus tapi kenyataannya aku juga gak punya rencana masa depan selain melanjutkan ke S2 karena aku masih belum siap untuk memasuki dunia kerja kantoran. But I’m not doing it, aku menjadi pengangguran selama 6 bulan setelah wisuda S1 ku sejak bulan September 2019 lalu. No! bukan pengangguran, pekerja lepas atau biasa disebut dengan freelancer. Freelancer adalah orang yang mencari nafkah secara pribadi (bukan bagian dari organisasi bisnis), melakukan pekerjaan apapun dengan menjual produk jasa yang dimilikinya.

Kehidupan freelanceku bisa dibilang “cukup” worth, selama masa kemalasan eh maksudnya “my freelance life” aku mendapatkan  cukup banyak job. Dari mendesain, mengerjakan tabulasi data penelitian, menggambar, dan memupuk serta mendodos sawit bapake. Semua kulakukan demi menabung uang untuk rencana kaburku masa depanku. Rencana yang entah kapan ku realisasian di masa kemalasan ini aka (masa mental breakdown).

Di pagi itu, aku melihat sebuah artikel yang berjudul “Kartu Prakerja Jokowi Gaji Pengangguran Rp. 3,5juta”. Sontak aku langsung tanpa pikir panjang mengkliknya. Isi artikel tersebut sangat mentriger ku, “Salah satu program pengembangan SDM yang dicanangkan presiden Jokowi akan dibuka dalam 30 gelombang program, peserta yang terpilih akan mendapatkan insentif pelatihan kerja sebesar Rp.1jt dan uang insentif yang bisa dicairkan dengan nilai Rp. 600rb selama 4 bulan.  Mari daftarkan dirimu!”. Yup! Aku mendaftar di gelombang pertama.

Sedikit informasi, aku mengerjakan tes dengan mudah dan sangat yakin aku terpilih. Waktu pengumuman selang 3 hari setelah tes dilakukan dan ZONK! Aku gagal. Aku sangat Percaya diri bisa lolos, pasalnya soal yang dikerjakan hanya memilih pilihan ganda seputar motivasi dan matematika dasar. Wait.. Motivasi, jangan-jangan aku gagal di tes itu hahaha. Tak berhenti disitu, aku coba membrowsing seputaran hal tentang prakerja. Berselancar di twitter mencari user yang lolos program prakerja, tak satupun kudapati.

Sampai akhirnya di hari berikutnya sebuah berita muncul di widget google hp ku. Pengumuman Gelombang 1 Prakerja diundur karena ada penambahan kuota peserta. Wah! Harapanku belum pupus aku setia menunggu hari demi hari. Yup, setelah berhari-hari kutinggalkan masalah prakerja ini karena saat itu aku lagi sibuk melihat peluang nabung emas yang sedang meroket dibulan April dan Mei ini. Dan sekali lagi aku melihat pop up iklan tentang prakerja yang sudah memasuki gelombang 2. Iseng ku coba login ke akun prakerja, kudapati akun ku sudah memiliki nomor prakerja yang menandakan bahwa aku lolos prakerja gelombang 2. WOW! Need to change my plan.

Seminggu setelah berhasil lolos prakerja, aku mengambil kelas seharga 1 juta kurang serupiah alias Rp.999.999 yang mana disarankan untuk mendapatkan cashback Rp.100.000 dari skill academy. Paket pelatihan copywriting yang mana memiliki 7 kelas dengan durasi keseluruhan 15 jam. Aku menyelesaikan kelas dalam waktu seminggu dengan rata-rata mengikuti kelas 2,5 jam sehari. Kelasnya sendiri hanya menonton video yang mana sangat monoton. Diakhir kelas terdapat ujian yang akan menentukan apakah bisa lolos atau tidak. Setelah lolos kita akan mendapatkan 2 sertifikat yang berupa telah menyelesaikan kelas, dan satunya lagi sertifikat kompetensi kelas.

Seminggu setelahnya, aku mendapatkan insentif pertama sebesar Rp.600.000 yang ditransfer ke  e-wallet gopay. Langsung saja uang tersebut aku tarek ke rekening bank yg kumiliki. Rencananya insentif selanjutnya akan di kirim setiap 3 kali tiap bulan kedepan. Alhamdulillah uang tersebut berguna di masa pandemic ini. Di minggu-minggu puasa sangat banyak berkah lain yang ku dapat. Tentu tidak lepas dari usaha yang di barengi dengan doa (putar lagu Opick Alhamdulillah). Serius! Ini adalah bulan terbaik selama hidupku hehehe.

Pasca lebaran, waktu terasa cepat berlalu dimasa-masa pandemic corona ini. Aku bahkan bingung untuk melakukan apa untuk membuang kebosanan. This is SUCK!, Rencana kaburku masa depan ku semua harus di reschedule hingga waktu yang belum bisa ditentukan. Hari demi hari sangat monoton. Hidup tanpa kejelasan mau keluar takut tertular corona, tinggal dirumah sangat membosankan. Aku bahkan hanya keluar jika persediaan jajan ku habis, yang mana aku hanya keluar 2 kali seminggu untuk ke swalayan. Yup! Anyway,I should thanks Netflix to saved my days. Terhitung sudah 4 series yang kutamatkan selama masa-masa kelam ini.

Okeh! Segitu dulu post kali ini, kita tunggu saja what is gonna hit me in the future. Oh iya jaga kesehatan ya buat semuanya, jangan lupa pakai masker saat keluar dan cuci tangan setelah beraktifitas dari luar. Aku juga ingin tahu gimana hari-hari kalian di masa lockdown ini? Sampaikan di kolom komentar ya… Thanks for read 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW BIOSKOP-BIOSKOP DI KOTA PEKANBARU

Pola Makan Baik Berdasarkan Golongan Darah Manusia

Review Manga Naruto Chapter 643 dan prediksi cerita chapter 644